Tampilkan postingan dengan label my shelter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label my shelter. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 Oktober 2008

Tikus Dilarang Masuk

I'm baaaaack! Hehe....

Ceritanya baru pulang dari mudik dua hari yang lalu....Kangeeen deh sama rumah. Eits, biarpun rumah kontrakan, tapi selalu kangen dooong :D.

Nyebelinnya, karena lama ditinggal kondisi rumah jadi kurang terkontrol. Tadi malem waktu lagi lembur ngejar deadline *ho-oh baru pulang langsung ditunggu deadline aja*, tiba-tiba ada tamu ga diundang - seekor tikus jelek - masuk ke dalam rumah. Iiiiiiiiiiiiiiiiiiks!!!! Jijiiiiik!

Bener deh, kalau untuk urusan tikus aku ga ada kompromi. Biarin rumah kecil dan jelek yang penting bersih dan bebas tikus. Mice, stay away!!

Udah dua kali tikus masuk ke dalam rumah selama aku tinggal disini. Uuuugh ngerasa kecolongan banget deh! Biasanya kalau kaya gitu hal yang pertama harus dilakuin adalah cek apakah ada lubang kecil yang ga terdeteksi sebelumnya. Dan ternyata bener! Ada lubang ventilasi yang terbuka sama plafon yang agak bolong karena dikrikitin. Nah kan! Untung cepet ketawan. Cukup satu malem aja deh ketemu sama binatang yang paling nyebelin ini.

Terus hari ini googling deh, cari tips-tips ampuh supaya tikus ga sampai tertarik untuk masuk ke dalam rumah lagi. Ini dia kumpulan tipsnya dari berbagai sumber :

+ Makanan

1. Bersihkan area di bawah kompor dan kulkas.
2. Meja dapur harus bersih dari makanan.
3. Jangan tinggalkan gelas berisi air semalaman di atas meja/ tempat terbuka.
4. Simpan makanan kering dan makanan hewan peliharaan di kontainer tertutup.

+ Indoor

1. Selalu jaga kerapihan ruangan terutama gudang dan tempat penyimpanan lainnya. Simpan barang-barang dalam lemari atau kontainer yang teratur untuk meminimalkan tempat persembunyian.
2. Untuk area yang sulit dijangkau, pilih material furniture dan material bangunan yang tahan gigitan.
3. Usahakan menggunakan sedikit mungkin area lantai. Susun furniture seperti rak buku dan lemari ke arah vertikal. Pilih furniture yang sedikit 'terangkat' dari lantai untuk memudahkan pembersihan.
4. Cek secara teratur apabila ada lubang-lubang kecil di dinding, langit-langit atau jendela. Biasanya setelah hujan atau angin kencang material menjadi lebih rapuh sehingga memungkinkan terbentuknya lubang.

+ Outdoor

1. Selalu pangkas tanaman secara teratur supaya tidak ada ruang-ruang yang tersembunyi
2. Buang tumpukan barang-barang rongsokan atau sisa material yang tidak terpakai.

Aku sih lebih suka mencegah daripada mengobati. Please deh, ga ada yang lebih jijik daripada ngeliat bangkai-bangkai tikus bertebaran karena racun atau lem. Yaiiiiks!!!!!

Minggu, 14 September 2008

Fuschia

Pertama kali liat tanaman ini di Bedugul, langsung deh jatuh cinta....Bentuknya manis bangeeet, kaya peri-peri kecil bergelantungan di pohon. Waktu di Bedugul, ada dua kombinasi warna tanaman fuschia, fuschia-ungu sama fuschia-putih. Dua-duanya cantik dan ngegemesin....

Sayangnya, karena tanaman ini aslinya adalah tanaman tropis, jadi begitu sampai di rumah, beberapa minggu kemudian jadi kuyus-kuyus dan lama-lama mati....:'(. Mungkin kepanasan kali ya....

Padahal kalau subur bentuknya bisa kaya gini nih, kaya cewe-cewe di telenovela Little Missy yang roknya ngegelembung gitu....:D

Setelah googling sini-sana, akhirnya aku dapet beberapa tips perawatan supaya tanaman fuschia di rumah yang baru dibeli beberapa minggu yang lalu ini ga mati lagi kaya yang dulu-dulu:
  • Yang pasti, selamatkan dari kelinci-kelinci rakus di rumah. Emang enak ya bunga fuschia?
  • Siram teratur dua kali sehari. Karena katanya tanaman fuschia butuh banyak air untuk memroduksi bunga-bunganya.
  • Simpan di area teduh. Sebelumnya tanaman ini disimpan di teras depan, mungkin emang kepanasan dan ga kuat dengan crong-nya matahari Bali. Sekarang aku simpan di dalam rumah aja. Hopefully, those fairies in full skirts will come in the next few weeks :).

Sabtu, 06 September 2008

What's on Your Work Table?

Setuju siiih sama artikel di Zen Habits yang bilang kalau meja kerja yang bersih akan meningkatkan produktifitas. Tapi.....sssssh jangan bilang siapa-siapa ya... I have this hoarding compulsive problem! Sukaaaa banget ngumpulin sampah-sampah dan ga tega buat ngebuangnya. Ini penyakit bukan seh?

Dari kiri atas searah jarum jam :
  • Tegel keramik putih 20x20 sebenernya peninggalan dari si empunya rumah. Mungkin waktu pasang lantai tegelnya kelebihan. Kalau tegel ini dipindah dari meja kerjaku, aku pasti bakal cari-cari.

    Biar jelek, tapi tegel ini multifungsi loh. Bisa buat tatakan minuman panas, alas potong kalau lagi bikin maket, dan.....karena warnanya putih, bisa buat pengganti kertas juga ; kotret itungan-itungan ga penting ( ceritanya mau agak pinter ga mau pake kalkulator ), daftar barang yang mau dibeli di supermarket, to-do lists dan lainnya. Hebat kan?
  • Entah kenapa, ga pernah nemu kontainer stationary di toko yang cocok. Kekecilan lah, kegedean lah, ketinggian, warnanya jelek, modelnya ga suka dan sebagainya. Akhirnya daripada meja kerja berantakan karena sibuk cari kontainer pensil yang cocok, mending pakai kotak lensa ini aja deh.....dan ternyata ukurannya pas banget! Jadi sekarang ga usah bingung cari tempat pensil lagi deh....Itung-itung sebagai tribute juga buat salah satu lensa favoritku :D.

  • Biarpun jarak dari meja kerja ke tempat sampah terdekat ga lebih dari 3 meter, tapi rasanya males deh buat bolak-balik, apalagi cuma buat buang sampah yang kecil-kecil. Pantesan nambah gendut, Neng! Dasar pemalas!

    Ugh biarin, lagian ada karton bekas ini kok. Dulu aku pernah beli garam laut yang dikemas bagus banget, pakai kotak karton coklat yang lucu dan bikin aku ga tega buat ngebuangnya. Akhirnya si kotak itu emang ga pernah dibuang, badannya dipakai untuk tempat uang receh sisa kembalian, dan tutupnya untuk tempat sampah sementara di meja kerjaku ini.

  • Awalnya, sisa potongan plastik tebal ini bikin aku bingung. Kalau disimpan ngabisin tempat, tapi dibuang juga sayang. Akhirnya aku potong kecil-kecil dan ditempel di depan meja kerja untuk pengganti post-it ( pake sejenis permen karet tapi ga bisa dimakan dan khusus buat nempel kertas - merk Faber Castell ). Prinsipnya sih kaya white board kecil gitu loh. Lumayan kan buat ngehemat post-it :D.
Beres-beres meja ? Hmmmmmmmmmmmmm.............

Selasa, 02 September 2008

Framing It

Salah satu prinsip home decoration yang aku suka :

'Breaking rules is part of the fun!'

Beli yang aku suka, campur sana campur sini, dan jadilah.

Salah satu cara paling gampang untuk bikin rumah ga kelihatan kosong pastinya dengan pasang pajangan di dinding, apakah itu lukisan, foto, kerajinan atau pajangan lainnya. Untuk urusan pajangan dinding, khususnya bingkai, selalu bikin aku laper mata. Psssst, penyakit 'ga tahan pengen beli bingkai kalau lagi jalan-jalan' ini udah ada sejak kelas 6 SD kali....:)

Dinding-dinding di rumah selalu jadi media percobaan untuk mencoba berbagai macam cara memajang bingkai-bingkai hasil hunting itu. Untung rumahku ukurannya kecil, bidang dinding yang ada juga terbatas, jadi mau ga mau harus bisa nge-rem hasrat hati untuk selalu belanja berbagai macam bingkai atau lukisan :D.

Bingkai ukiran kayu ijo-putih ini udah berdebu banget waktu aku lihat di workshop pengrajinnya. Tapi justru debunya itu yang bikin aku tambah suka. Vintage-vintage gimana gitu....

'Pak, pak, daripada disini berdebu, mending saya beli murah aja ya...hehehe.'

Karena modelnya sudah sangat 'berbicara', jadi aku langsung pasang di dinding kamar tidur tanpa tambahan apa-apa lagi untuk dibingkai kecuali pasangan Korea mungil ini. Jang Gem dan pasangannya. That's all.
_____________________________________________________

Cerita bingkai yang ini juga ga terlalu beda sama cerita sebelumnya. Tersembunyi, berdebu, dan ga menarik banget....But I want it!

Rencana sebelumnya ada foto hitam putih yang pengen aku bingkai dengan ini. Tapi berarti aku harus pasang kaca di bingkai ini. Kayanya kalau ada kacanya, penampilannya jadi ga selucu sebelumnya deh.

Akhirnya rencananya berubah jadi rencana B: pasang langsung di dinding tanpa kaca. Kebetulan aku juga punya tempat dupa berbentuk kerang yang udah lama teronggok begitu aja karena ga tau mau dipakai apa. Duuuh, pakai buat bakar dupa dooong. Itu dia masalahnya, aku beli karena suka bentuknya, tapi aku ga suka bau dupa.

Hmmm....Coba ah tempel ke dinding. Nempelnya pake perekat khusus yang bentuknya mirip permen karet, lumayan kuat tapi bisa ga berbekas kalau dicopot -bisa dicari di bagian stationary toko buku -. Tempat dupa plus bingkai antik, voila!

_____________________________________________________



Pamer ah, rak buku ini self-made juga loh! Ngerjainnya berdua bareng M'pri, ngorbanin waktu tidur siang selama 3 kali weekend :D.

Bingkai keriting warna perak di kiri bawah itu hadiah pernikahan dari temanku di Malaysia. Selama berbulan-bulan cuma disimpan di dalam lemari karena aku bingung mengakalinya supaya M'pri ga protes begitu aku pajang di rumah. Maklum deh, dia agak alergi sama barang-barang yang bling-bling gitu.

Baru aku pegang sambil diamat-amati, M'pri yang baru pulang langsung main tuduh:

'Jangan bilang tadi habis beli frame itu!!!!!!!!!!!!!!!!!'

Apa siiiiih???? Sibuk kau....

Setelah dipikir-pikir, tanpa 'isi' apa-apa lagi, bingkai ini udah sangat 'berbicara' *bangeeud*. Jadi aku lepas kaca dan MDF belakangnya, terus aku simpan begitu aja di rak buku. Tambahin beberapa pajangan untuk foreground, dan....

....sampai sekarang ga ada protes dari M'pri tuh....hihihi.

Selain laper mata kalau ngeliat bingkai, aku juga selalu laper mata kalau ngeliat batik. Apalagi motif mega mendung Cirebonan. Aiiiiih suka suka suka!

Pengennya sih beli satu lembar untuk dipajang di rumah, tapi batik mega mendung yang aku suka harganya mahaaaaaal deh. Ga jadi deh...

....sampai suatu hari jalan-jalan ke toko buku Periplus dan ngeliat ada turis Jepang yang lagi beli kertas kado motif batik mega mendung!

'Mas, saya mau yang kaya gitu juga!'

Harganya cuma 6 ribu perak, dan kebetulan aku baru beli bingkai kayu seharga 10 ribu saja. Gunting dan pajang. Akhirnya ada motif mega mendung di rumahku....



Kamis, 28 Agustus 2008

Welcome To My Living Room

Sebenernya, rumahku terlalu kecil untuk punya living room khusus. Yang ada cuma satu ruang serbaguna yang merangkap ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, sama dapur...weleh weleh.

Beberapa bulan yang lalu aku kepikiran untuk mempercantik ruang serba guna ini. Biar kecil, tapi musti enak diliat dong biar ga malu-maluin kalau ada tamu. Berhubung budget terbatas dan rumah kontrakan *ga mau rugi ngeluarin uang banyak buat ngebagusin rumah orang* jadi rencana proyeknya kaya gini :

  • Cat ulang dinding.

    Pake cat tembok yang murah aja. Waktu itu beli cat merk Djarum *iya emang kaya merk rokok*yang harganya cuma 30 rb/5kg.

    Sebenernya aku pengen pilih warna cappucino, tapi ga ada merk cat seharga 30 rb-an yang punya range warna itu. Adanya cuma merk Dulux atau Mowilex yang harganya 3x lipatnya...Hmmm, no no no. With limited budget you can't have many option indeed :( . Yo wis, warna yang ini juga lumayan kok, kalau ga salah namanya 'Plum'.

    Masalahnya, cat murah juga identik dengan murahan alias daya tutupnya ga terlalu bagus. Untuk ngakalinnya, aku buat motif yang ga rata sekalian. Dikombinasiin sama cat putih *yang juga ga kalah murah hahaha* dan diteplok-teplok ke dinding pakai spons pencuci mobil.

    Jadinya lumayan juga, seengganya dinding yang plesterannya ga rata dipadu cat yang daya tutupnya ga rata juga jadi agak terkamuflase dan *katanya* mirip kaya wallpaper.

  • Bikin floating shelves. Oh I loooove floating shelves!!

    Tutorialnya ada disini. Ga susah kok, cuma butuh kekuatan dan kestabilan tangan waktu ngegergaji aja.

    Ngomong-ngomong ada cerita konyol di balik pembuatan floating shelves ini. Waktu M'pri tau aku ngecat rak-nya dengan warna item, dia dengan yakinnya bilang,

    "Coba digosok pake kemiri deh, pasti itemnya bakal lebih kinclong".

    Hmmm...ide yang menarik, coba ah!

    Setelah digosok, emang sih hitamnya jadi lebih hitam, lebih mengkilap lagi...Asik asik! Tapiiii.....Masalahnya baru muncul beberapa hari kemudian setelah raknya terpasang di dinding. Koook...koook berdebu sekali sih, debunya sampai hampir nutupin seluruh permukaan raknya gini?

    Eeh...usut punya usut ternyata itu bukan debu sodara-sodara, tapi JAMUR!
    Aaaaaaaargh!!!!

    Nyebelinnya, ini jamur ga mau ilang-ilang biarpun udah direndem pake bayclin, disiram alkohol dan berkali-kali dicat ulang. Paling segala macam ramuan itu cuma tahan satu atau dua mingg, dan si jamur bakal muncul lagi. Aku blom nyoba kalpanax atau daktarin sih...do you think they might work?

    So the conclusion, People: candlenut for food, delicious...For hair, beautiful...But never ever polish your furniture by this thing, NEVER !

  • Atur koleksi hasil hunting di atas rak.

    Tinggal finishing touch-nya.

    Aku paling suka menyenderkan lukisan ke dinding. Kaya gini nih , ta daaaa....



    Not bad for a beginner, huh ? ;)
  •